DIABETES MELITUS | |
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik peningaktan gula darah yang terjadi akibat kelainan sekresi dari insulin (enzim yang dihasilkan oleh organ pankreas sebagai pengontrol utama kadar gula dalam darah). Peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemik) kronis akan berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Sehingga organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa diabetes ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipecahkan dengan mudah membutuhkan banyak disiplin ilmu. Secara epidemuiologik diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan permulaan terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga angka kesakitan dan angka kematian tinggi pada kasus ini. Salah satu yang menyebabkan peningkatan dari kasus diabetes adalah perubahan gaya hidup akibat proses urbanisasi (perkotaan), disebutkan bahwa perubahan ini meningkatkan terjadinya kasus DM hingga 5-10 kali lipat. DIAGNOSIS Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar gula (glukosa) dalam darah. Terdapat perbedaan antar uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala atau tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidenifikasi mereka yang tidak bergejala, yag mempunyai risiko DM. Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan resiko DM sebagai berikut : 1. Usia > 45 tahun. 2. Berat badan > 110% BB idaman ideal (BB ideal kg = (TB cm – 100) – 10%(TB cm – 100). Keterangan untuk laki < 160 cm dan wanita < 150 cm tidak dikurangi 10% 3. Hipertensi (>140/90 mmHg) 4. Riwayat DM dalam garis keturunan 5. Riwayat abortus berulang, melahirkan cacat atau BB lahir > 4000gr 6. Kolesterol HDL <36 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan bagi mereka yang berusia > 45 th tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun. Pemeriksaan penyaring berupa pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, dan disertai tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar / gula darah 2 jam setelah makan. PENEGAKKAN DIAGNOSIS Diagnosis klinis DM mulai dipertimbangkan apabila terdapat keluhan khas DM berupa poliuria (sering bak), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering merasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan gangguan ereksi pada pria. Apabila didapatkan keluhan khas dan gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau gula darah puasa > 126 mg/dl sudah cukup untuk mendiagnosa DM. Pada mereka dengan keluhan yang tidak khas DM pemeriksaan gula darah satu kali belum dapat menentukan penegakkan DM, diperlukan pemeriksaan lainnya. KLASIFIKASI Didapatkan dua kelompok DM berdasarkan penyebab gangguannya. DM tipe 1 merupakan DM yang timbul pada usia dini, disebaban kerusakan sel penghasil insulin akibat sistem pertahanan tubuh yang tidak tepat, memiliki sifat bergantung pada penggunaan insulin (pengobatan DM salah satunya mempergunakan obat yang memiliki sifat sama dengan insulin) untuk bertahan, tanpa penggunaan insulin akan terjadi komplikasi berat berupa ketoasidosis diabetikum. DM tipe 2 merupakan jenis DM yang timbul pada masa dewasa-tua, memiliki sifat tidak sepenuhnya bergantung pada penggunaan insulin, dan memiliki sifat stabil tidak terjadi komplikasi ketoasidosis diabetikum walaupun penggunaan insulin dihentikan. Klasifikasi ini terus berkembang berdasarkan etiologi dan hubungan dengan defek dari genetik seseorang. KOMPLIKASI DIABETES MELITUS Diabetes yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi gangguan pada seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah yang berada didalam organ. Kondisi ini akan menyebabkan kerusakan dari organ tersebut dan menimbulkan kesakitan yang lebih berat. Komplikasi yang dapat terjadi berupa : 1. Ketoasidosis diabetikum Merupakan suatu kondisi berat yang diakibatkan rendahnya hormon pengontrol gula darah (insulin) dan tingginya hormon glukagon yang menyebabkan kondisi mengancam jiwa bagi penderita diabetes. Kondisi ini dicetuskan oleh adanya infeksi, gangguan jantung, penggunaan obat golongan steroid. Kondisi ini ditandai oleh penurunan kesadaran ( cemas, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, atau pingsan), peningkatan suhu tubuh dan nadi. 2. Gangguan Penglihatan Gangguan penglihatan dapat berupa penurunan kemampuan lihat (rabun), terdapat kilatan-kilatan disertai pengurangan luas penglihatan. Gangguan ini diakibatkan kerusakan sistem saraf mata akibat kerusakan pembuluh darah sistem saraf mata. 3. Gangguan Ginjal Gangguan ini ditandai dengan kebocoran dari sistem filtrasi ginjal, mengakibatkan zat tidak seharusnya terbuang menjadi terbuang, dan zat yang seharusnya terbuang menjadi tidak terbuang dan mengakibatkan keracunan dalam tubuh. 4. Penyakit pembuluh darah koroner jantung Gangguan jantung diakibatkan oleh adanya aterosklerosis (kekakuan dan sumbatan) dari pembuluh darah koroner yang menyebabkan aliran darah otot jantung tidak lancar dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi jantung. 5. Penyakit pembuluh darah perifer Kerusakan pembuluh darah tidak hanya terjadi pada organ dalam tetapi juga pada kulit, akibatnya kekuatan kulit menjadi lebih lemah, cenderung untuk terjadi luka dan kemampuan untuk memperbaiki menjadi rendah. 6. Gangguan saraf permukaan Sistem saraf permukaan mengalami gangguan akibat suplai darah yang tidak baik. Kondisi ini menyebabkan seorang penderita DM mudah luka karena tidak dapat merasakan apabila terdapat trauma pada ujung-ujung alat gerak. TERAPI NON FARMAKOLOGIS Terapi non farmakologis yang paling penting adalah perubahan gaya hidup, berupa pengontrolan asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik melalui latihan jasmani. Terapi Gizi Tujuan dari terapi gizi medis adalah untuk mencapai dan mempertahankan : 1. kadar glukosa darah mendekati normal.
2. Tekanan darah < 130/80 mmHg 3. Profil Lipid :
4. Berat badan senormal mungkin Terapi gizi melalui pengaturan asupan makanan perlu di konsultasikan langsung dengan petugas kesehatan, mengingat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti usia, masa pertumbuhan, gangguan sistem pencernaan, kehamilan, atau gangguan organ lainnya. Secara kasar kebutuhan energi (kilokalori) seseorang dalam aktivitas ringan sebesar 35-45 kkal / kg BB / hari , dan kebutuhan ini dibagi menjadi : 1. Karbohidrat, sebanyak 55-65% total kebutuhan. Dimana 1 gr karbohidrat = 4 kkal 2. Protein , sebanyak 15-20% total kebutuhan. Dimana 1 gr protein = 4 kkal 3. Lemak, sebanyak 10-15 % total kebutuhan. Dimana 1 gr lemak = 9 kkal Terapi Jasmani Aktivitas fisik merupakan salah satu pengobatan penting dari terapi DM. Dengan terapi fisik berdasarkan hasil penelitian akan mengurangi terjadinya gangguan kardiovaskular, meningkatkan rasa nyaman, peningkatan kemampuan sosial, tampak sehat dan pada akhirnya menurunkan angka terjadinya sakit, dan meningkatkan usia hidup. Prinsip latihan jasmani bagi penderita DM hampir sama dengan latihan jasmani pada umumnya dimana memenuhi beberapa hal seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.
Untuk melakukan olahraga perlu diperhatikan tahapan berikut : pemanasan, latihan utama, pendinginan, dan peregangan. |
DIABETES MELITUS
Senin, 23 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar