bisnis internet
bisnis online

Image Widget

Image Widget

PUSKESMAS SIDAMULIH

Separat existentie 2010 Unee MYT por scientie, musica, sport etc, litot Europa usa li sam Vocabular Lingues, differe solmen in li grammatica, li pronunciation. Delete this widget in Dashboard and add yours. This is just an example. Read More

Cari Blog Ini

0 komentar

askep tumor tulang

Selasa, 21 September 2010

Asuhan Keperawatan Pada Tumor Tulang

A. Pengkajian
1. Biodata : lihat di tumor tulang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Jika klien mengalami manifestasi klinis tumor benigna, nyeri adalah keluhan yang umum. Nyeri dapat mempunyai rentang dari ringan sampai moderat, seperti yang terlihat pada kondroma, atau nyeri tak terputus yang kuat pada osteoma osteoid. Nyeri dapat disebabkan oleh invasi tumor langsung pada jaringan lunak, menekan saraf perifer, atau disebakan karena fraktur patologik.

Sebagai tambahan untuk mengumpulkan informsi yang berhubungan dengan sifat nyeri klien, perawat mengobservsi dan mempalpasi area yang diduga terkena. Bila tumor menyerang ekstremitas bawah atau tulang-tulang kecil pada tangan dan kaki, pembengkakan lokal dapat dideteksi sebagai pembesaran neoplasma. Pada beberapa kasus, atropi otot atau spasmus otot dapat terjadi. Perawat mempalpasi tulang dan otot untuk mendeteksi perubahan dan mengurangi nyeri.

Untuk tumor tulang ganas, data dikumpulkan serupa dengan riwayat pada tumor tulang benigna. Sebagai tambahan perawat menanyakan apakah dia mempunyai riwayat terapi radasi untuk pengobartan kanker.

Manifestasi yang tampak pada klien dengan tumor maligna atau penyakit metastatik bervariasi tergantung tipe lesi spesifik. Kebanyakan klien mengeluhkan sekumpulan maslah nonspesifik, termasuk nyeri, pembengkakan lokal, massa yang dapat dipalpasi dan lunak. Ketidakmampuan yang nnyata dapat terlihat pada penyakit metastatik tulang.

Pada klien dengan sarkoma Ewing, demam ringan dapat terjadi karena tampilan sistemik neoplasmanya. Karena alasan inilah sarkoma Ewing sering dibingungkan dengan dengan osteomyelitis. Kelemahan dan pucat tampak karena anemia juga sering terjadi.

Dalam melakukan pengkajian muskuloskeletal, perawat menginspeksi area yang terkena dan mempalpasi ukuran massa dan karakteristiknya. Perawat juga perlu menentukan kemampuan untuk melakukan mobilitas dan aktivitas sehari-hari. Derajat ketidakmampuan dapat ditentukan dengan membandingkan pengukuran selanjutnuya setelah intervensi medis dan keperawatan.

3. Pengkajian Psikososial.
Seringkali klien dengan tumor maligna adalah dewasa muda yang produktif secara sosial. Klien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi ini. Keluarga, orang-orang terdekat, serta profesi kesehatan merupakan komponen utama dalam sistem dukungan.

Klien seringkali mengalami kehilangan kontrol selama kehidupannya ketika diagnosis keganasan ditentukan. Sebagai akibatnya mereka menjadi cemas dan takut akan hasil penyakit mereka. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Klien mengalami proses berduka, awalnya mereka menolak. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemsan dan mengkaji tingkat proses berduka yang dialami klien. Perawat juga mengidentifikasi perilaku maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.

4. Pemeriksaan diagnostik.
Radiografi rutin dan tomografi konvensional sangat bermanfaatdalam melokalisasi dan memvisualisasi neoplasma. Tumor benigna dikarakterisasi oleh: batas jelas, korteks intak, dan tulang yang halus, dengan periosteal tulang yang seragam. Computed Tomografi (CT) kurang berguna, kecuali dalam area anatomik yang kompleks seperti pada kolumna vertebralis dan sakrum. Uji ini sangat membantu dalam mengevaluasi penyebaran ke jaringan lunak.

Ketika diagnosis tumor benigna meragukan,. Biopsi jarum/biopsi terbuka perlu dilakukan. Metoda pembedahan terbuka dilakukan untuk mendapatkan jumlah jaringan yang mencukupi.

Pindai tulang tidak spesifik dalam membedakan tumor tulang benigna dan maligna, tapi memungkinkan visualsisasi yang lebih baik pada penyebarn lesi dibandingkan dengan kebanyakan pemeriksaan radiografik. MRI mungkin membantu dalam melihat masalah pada kolumna spinalis.

Pada tumor maligna semua prosedur diatas juga dapat digunakan. Meskipun setiap tipe tumor mempunyai karakteristik pola radigrafik, temuan tertentu tampak serupa pada semua tumor maligna. Tumor maligna pada umumnya mempunyai tampilan berbatas tidak jelas, perusakan tulang, periosteal irregular pada tulang baru dan penembusan kortikal.

Lesi metastatik mungkin meningkat atau menurunkan densitas tulang, tergantung pada jumlah aktivitas osteoblastik. CT juga berguna dalam menentukan perluasan kerusakan jaringan lunak.

Pengkajian laboratotik. Klien dengan tumor maligna umumnya menunjukkan peningkatan serum alkalin fosfatase (ALP), mengindikasikan tubuh sedang berusaha untuk membentuk tulang baru dengan meningkatkan aktivitas osteoblastik.

Klien dengan sarkoma Ewing atau lesi tulang metastatik sering menampakkan anemia normositik. Sebagai tambahan lekositosis umum pada sarkoma Ewing.

Pada beberapa klien dengan metastatis tulang dari payudara, ginjal dan paru, kadar kalsium serum meningkat. Destruksi tulang massif menstimulasi peleapsan mineral ke aliran darah.

Klien dengan sarkoma Ewing dan metastasis tulang sering mengalami peningkatan laju edap darah (ESD/LED), mungkin berkontribusi ada inflamsi jairngan sekunder.

Pengkajian Diagnostik Lainnya.
a. Biopsi tulang. Biopsi tulang dapat dilakuan untuk menentukan tipe tumor tulang. Biopsi jarum bisanya dilakukan ketika diduga ada metasatis. Metoda terbuka melalu insisi bedah lebih disukai pada lesi perimer. Ahli bedah berusaha untuk membuat inisi sekecil mungkin. Carut biopsi dibuang selama pembedahan kanker tulang untuk mengeliminasi sebaran tunas kanker. Setelah biopsy, kanker dikelompokkan berdasarkan derajat tumor. Metoda yang populer adalah sistem TNM, yang digunaakn untuk menentukan ukuran tumor, keterlibatan nodus, dan adanya metastasis.
b. Pindai tulang. Pindai tulang sangat membantu dalam menentukan tipe tumor dan juga memungkinkan visualisasi sebaran kanker. Pindai hampir selau dilakukan bila diduga ada metastatis.

B. Analsisis/Diagnosa Keperawatan yang Mungkin:
1. Nyeri (akut/kronik) berhubungan dengan invasi tumor secara langsung pada jaringan lunak
2. Berduka antisipatorik berhubungan dengan perubahan citra diri atau kemungkinan kematian
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
4. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang sekunder terhadap tumor tulang.
5. Kecemasan berhubungan kehilangan kontrol dan kebutuhan sistem dukungan.
6. Takut berhubungan dengan diganosis medis, kemungkinan pembedahan atau kematian
7. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima dignosis medis
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak bisa menerima diagnosa medis.
9. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ukuran dan penyebaran tumor, kelemahan, dan efek akhir penyakit metastatik
10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningktan prsoses metabolik sekunde terhadap kanker.
11. Kurang Pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapi
12. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh, atau perubahan kinerja peran.

C. Perencanaan dan Implementasi
Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola penyelesaian masalah yang efektif, peningktan harga-diri dan peniadan komplikasi.

Asuhan keperawatan pasien yang menjalani tulang pada beberapa hal sama dngna pasien lain yang menjalani pembedahan skeletal. Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengkaji timbulnya trombosis vena profunda, emboli paru, infeksi, kontraktur, dan atropi disuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan, status neurovaskuler harus dikaji. Biasanya derah tersbut diimobilisasi dengan bidai, gips atau pembelut elastis sampai sembuh.

1. Nyeri
Perencanaan: Tujuan Klien. Klien akan mengalami pengurangan nyeri b.d lesi tulang
Intervensi. Karena nyeri sering diakibatkan karena invasi langsung dari tumor, maka tindakannya adalah dengan mengurangi ukuran atau membuang tumor. Kombinasi tindakan bedah dan nonbedah digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan mengeliminasi komplikasi dari kanker tulang.
Penatalaksanaan Nonbedah.
Sebagai tambahan selain pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri lokal, agen kemoterapi dan radioterapi diberikan dalam usaha untuk mengecilkan tumor. Pada klien dengan metastatik vertebral, pembelatan dan imobilisasi dengan traksi servikal akan membantu mengurangi nyeri pungung.
Terapi Medikasi. Dokter mungkin memberikan kemoterapi tunggal atau kombinasi dengan radiasi atau pembedahan. Tumor proliferatif seperti sarkoma Ewing sensitif pada agen sitotoksik. Sementara tumor lainnya seperti kondrosarkoma seringkali kebal-obat. Kelihatannya kemoterapi memberikan hasil terbaik pada lesi metastasik kecil dan mungkin diberikan sebelum atau sesudah pembedahan.
Pada kebanayakan tumor, dokter memberikan agen kombinasi. Saat ini tidak ada protocol yang diteima secara universal mengenai agen kemoetrapi. Obat terpilih ditentukansebagian oleh sumber kanker primer. Misalnya bila metastasis terjadi karena kanker payudara, maka estrogen dan progesterone umum diberikan. Kanker tiroid metastasik sensitive trehadap doksorubisin (adriamisin).
Perhatikan efek samping dan efek toksik masing0masing obat serta awasi hasi tes laboraterium dengan cermat.
Terapi Radiasi. Radiasi digunakan pada tumor-tumor maligna tertentu. Pada klien dengan sarkoma Ewing dan osteosarkoma dini, radiasi mungkin merupakan terapi pilihan untuk mengecilkan ukuran tumor dan tentunya juga rasa nyeri.
Pada klien dengan tumor metastatik, radiasi diberikan terutama sebagai terapi paliatif. Terapi diarahkan lokasi yang nyeri dan diusahakan untuk membrikan rentang waktu yang nyaman bagi klien. Dengan perencanaan yang tepat terapi radiasi dapat digunakan dengan komplikasi yang minimal.

Penatalaksanaan Bedah.
Tindakan bagi tumor tulang primer adalah pembedahan, sering dikombinasikan dengan radiasi maupun kemoterapi.

2. Berduka Antisipatorik
Perencanaan: Tujuan Klien. Klien akan melalui proses berduka dengan baik & menerima prognosisnya.
Intervensi. Peran perawat yang paling penting adalah menjadi pendengar aktif dan memungkinkan klien dan keluargnya untuk menyatakan perasaan mereka. Perawat juga bertindak sebagai advokat bagi klien dan keluarga serta meningkatkan hubungan klien-dokter. Atau dengan kata lain, klien mungkin tidak sepenuhnya mengerti dengan rencana tindakan medis/pembedahan tapi malu untuk bertanya. Intervensi keperawatannya adalah dengan memfasilitasi komunikasi, karena hal tersebut penting bagi keberhasilan penatalaksanaan klien dengan kanker.

3. Gangguan Citra Diri
Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan klien akan mengalami perbaikan perasaan mengenai citra dirinya dan menerima perubahan fisik yang terjadi.
Intervensi. Persepsi klien mengenai citra dirinya sangat erat kaitannya dengan kemampuan klien untuk menerima penyakitnya. Perawat perlu mengenali dan menerima pandangan klien mengenai citra diri dan perubahannya. Hubungan saling percaya akan memfasilitasi klien untuk bebas menyatakan perasaan negatifnya. Tunjukkan kekuatan dan kemampuan klien yang masih dapat dipertahankan. Tujuan yang realistis dalam menjalani kehiduan juga perlu ditegakkan bersama.

4. Risiko Cedera
Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan intervensi keperawatan, klien dapat mencegah fraktur patologis dengan cara mencegah jatuh dan meminimalkan trauma.
Intervensi. Radiasi/pembedahan mungkin diperlukan untuk memperkuat atau menggantikan tulang yang terkena untuk mencegah fraktur.
Penatalasakanaan Nonbedah.
Untuk memperbaiki tonus otot, dan tentunya juga mengurangi resiko fraktur, klien dilatih untuk melakukan latihan kekuatan. Terapi fisik berbasis ambulasi juga sering disarankan.
Penatalaksanaan Bedah.
Prinsip pembedahan pada fraktur metaststik yaitu:
a. Mengganti sebanyak mungkin tulang yang terkena
b. Berhati-hati dan menyeluruh untuk menghindari prosedur ulangan.
c. Berusaha untuk mengambalikan status fungsional klien dengan hospitalisasi dan imobilisasi minimal.

5. Kecemasan
Perencanaan: Tujuan Klien. Setelah diberikan tindakan keperawatan klien akan mengalami penurunan kecemasan.
Intervensi. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan klien dan faktor yang menyebabkannya. Kehilangan kontrol pada situsi klien dapat dikurangi dengan membolehkan klien untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Rasa takut dan ketidaktahuan juga berkontribusi pada kecemasan.
0 komentar

askep tumor otak

ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : normal
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan
3.1 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi
3.2 Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
b. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
c. Orientasi pasien baik
d. RR 16-20x/menit
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi Rasional
1. Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK
- Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai GCS
- Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
- Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, pergerakan otot
- Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia kejang
2. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
- Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300, hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
- Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHg
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen
3. Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK
- Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien
- Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
- Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak, tingkat kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIK
- Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal tanda vital tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
- Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan pons
- Merupakan tanda peningkatan TIK
- Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak, posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak
- Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
- Memenuhi kebutuhan oksigen
- Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
- Mengurangi peningkatan TIK
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula oblongata.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
b. Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
3. Berikan kompres dingin pada kepala.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
5. Kolaborasi analgesic
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital. 1. Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
3. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
4. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
5. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
6. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang menyebabkan vertigo
b. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
c. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
d. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.
Intervensi Rasional
1. Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi tubuh.
2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik 1. Untuk mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
2. Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
3. Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami hipotensi ortostatik.
5. Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di terima.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
b. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi Rasional
1. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
2. Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
3. Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
4. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai dengan respon pasien. 1. Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.
2. Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang benar yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
3. Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit yang mendasarinya.
4. Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengenali kerusakan sensori
b. Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi kekurangan
c. Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan sensori dan potensial terhadap penyimpangan.
Intervensi Rasional
1. Bantu pasien mengenali dan mengkompensasi perubahan sensasi.
2. Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area dengan sensori utuh, missal : bahu, wajah, kepala.
3. Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.
4. Pertahankan adanya respons emosional berlebihan, perubahan proses berpikir, misal : disorientasi, berpikir kacau. 1. Dapat membantu menurunkan ansietas tentang ketidaktahuan dan mencegah cedera.
2. Menyentuh menyampaikan perhatian dan memenuhi kenutuhan fisiologis dan psikologis normal.
3. Menurunkan kelebihan beban sensori, meningkatkan orientasi dan kemampuan koping, dan membantu dalam menciptakan kembali pola tidur alamiah.
4. Indikasi kerusakan traktus sensori dan stress psikologis, memerlukan pengkajian dan intervensi lebih lanjut.
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
a. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
b. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
c. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah
d. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda anemia, tanda vital
2. Monitor intake nutrisi pasien
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4. Timbang berat badan 3 hari sekali
5. Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
6. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
1. Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
2. Salah satu efek kemoterapi dan radioterapi adalah tidak nafsu makan
3. Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
4. Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
5. Menentukan status nutrisi
6. Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake makanan
0 komentar

mpkp

SISTEMATIKA
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
Orientasi Pasien Baru :
Konfrensi
3) Operan
4) Ronde Keperawatan
5) Presentase Kasus
Pra Interaksi :
n Mencari Informasi ttg nama,umur,alamat& riw.Medis
n Mempelajari catatan status Kesehatan klien
n Menjelaskan pd PA ttg klien baru yg akn mjd t.jawab tim
n Menginformasikan Dr/Tim Kes lainnya yg b’T.Jawab trhadap Kes Klien
n Menyiapkan diri untuk interaksi
1. ORIENTASI PASIEN BARU :
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dank lien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan.Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat terbina ( Trust )
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a.Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang ( 24 jam pertama ) dan kondisi klien sudah tenang.
b. Orientasi dilakukan oleh PP.Bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin.Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan
c.Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan dikamar klien dengan menggunakan format orientasi.Selanjutnya klien diinformasikan untuk membaca lebigh lengkap format orientasi yang ditempelkan dikamar klien
d. Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien
e. Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan , sekaligus menginformasi kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan klien.
f. Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ),ingatkan klien nama perawat yang bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama tim.
2. OPERAN / TIMBANG TERIMA
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
  1. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1). Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3). Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4). Intervensi kolaborasi dan dependensi
5). Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
  1. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
  2. Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
  3. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
  4. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.
  5. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
  6. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan kien.
3. KONFRENSI :
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.Konfrensi dilakukan setelah melakukan operan dinas ,sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.Konfrensi sebaiknya dilakukan ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar, Konfrensi bertujuan untuk :
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing – masing PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu.Rencana tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh PP
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Kegiatan dalam Konfrensi :
· Keadaan Umum Klien
· Keluhan Utama
· TTV dan Kesadaran
· Hasil pemeriksaan Laboratorium/diagnostik terbaru
· Masalah Keperawatan
· Renpra hari ini
· Perubahan terapi medis
· Rencana Medis
2. PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan keperawata lien meliputi :
· Keluhanklienyangterkaitdengan elayanan,seperti:keterlambatan,kesalahan pemberian makan,kebisingan pengunjung lain,ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan.
· Ketepatan pemberian infus
· Ketepatan pemantauan asupan haluaran cairan (I/O )
· Ketepatan pemberian oral atau injeksi
· Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
· Ketepatan Dokumentasi.
1. RONDE KEPERAWATAN
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
a. Karakteristik :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4) Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
b. Tujuan :
1) menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
3) Meningkatkan vadilitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
c. Peran
1. Perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
a). Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjtunya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer lain dan atau konsuler
a). Memberikan justifikasi
b). Memberikan reinforcement
c).Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan yang rasional,
d). Mengarahkan dan koreksi
e). Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
d. Pesiapan
1). Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2). Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
e. Pelaksanaan Ronde
1). Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan 2). pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2). Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3). Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan
f. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,. EGC, Jakarta
1 komentar

proposal rnde Keperawatan

Senin, 20 September 2010

RONDE KEP

1. Pengertian :
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.

Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

2. Tujuan :
a. menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
c. Meningkatkan vadilitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.



3. Peran
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1). Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1). Memberikan justifikasi
2). Memberikan reinforcement
3). Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

4. Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Pesiapan
1). Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2). Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1). Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
2). Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
3). Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
4). Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan

c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.


1. RONDE KEPERAWATAN
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
a. Karakteristik :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4) Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
b. Tujuan :
1) menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
3) Meningkatkan vadilitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
c. Peran
1. Perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
a). Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjtunya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer lain dan atau konsuler
a). Memberikan justifikasi
b). Memberikan reinforcement
c).Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan yang rasional,
d). Mengarahkan dan koreksi
e). Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
d. Pesiapan
1). Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2). Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
e. Pelaksanaan Ronde
1). Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan 2). pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2). Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3). Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan
f. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/manajemen-keperawatan-model-praktek_6215.html tgl 24 agst 2010
Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Tujuan
c. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
e. Meningkatkan validitas data klien.
f. Menilai kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
h. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
• Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
• Menjelaskan masalah keperawatan utama.
• Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
• Menjelaskan tindakan selanjutnya.
• Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
• Memberikan justifikasi
• Memberikan reinforcement.
• Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional.
• Mengarahkan dan koreksi.
• Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
Persiapan
• Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
• Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
Pelaksanaan
• Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
• Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
• Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
• Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
Langkah – langkah Ronde Keperawatan

Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

http://books.google.co.id/books?id=OPyf0ArEccMC&pg=PT264&lpg=PT264&dq=Ronde+Keperawatan&source=bl&ots=2Gmi8Hg4-p&sig=GpgfE4ZtGUcwnLQpQhO9W0Mq8Qc&hl=id&ei=jUlzTNy8G4PWvQOqtPnPDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CC4Q6AEwCTgK#v=onepage&q=Ronde%20Keperawatan&f=true, tgl 24 agst 2010
• Penetapan pasien :
Masalah belum teratasi meski sudah dilakukan tindakan
Pasien dengan kasus langka/ baru
• Alat bantu
Sarana diskusi : buku : pulpen
Rekam medis dan dokumentasi keperawatan klien
Materi yang disampaikan secara lisan

• Langkah _langkah kegiatan ronde keperawatan :

Keterangan :
1. Pra ronde
o Menentukan kasus dan topic ( masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)
o Menentukan tim ronde kep
o Mencari sumber dan literature
o Membuat proposal
o Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian
o Diskusi : apa diagnose keperawatan , apa yang mendukung, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan selama perawatan

2. Pelaksanaan ronde
• Penjelasan tentang klien oleh PP dif okuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dan atau / telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
• Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien
• Meningkatkan kemempuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
• Meningkatkan kemempuan justifikasi
• Meningkatkan kemempuan menilai hasil kerja





CONTOH PROPOSAL
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY S
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, dan HIPERTENSI
DI RUANG Paru RS X

Topik : Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada diagnosis medis PPOK, DM, Hipertensi
Sasaran : Klien Ny. S/68 tahun
Hari/tanggal : …
Waktu : 60 menit

Tujuan :
1. Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi yaitu: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Tujuan khusus
Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan tim kesehatan yang lain
Menemukan alas an ilmiah terhadap masalah klien
Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalalah klien
Sasaran
Keluarga an D, umur 15 tahun yang dirawat di Kamar 5, Kepala Ruangan dan Perawat diRuang Bougenvile RSUD Ciamis

Materi
Teori Asuhan Keperawatan klien Dengan Tumor Jinak ( Terlampir)


Metode
Diskusi

Media
1. Dokumen/status klien
2. Sarana Diskusi, kerts dan pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan
Kegiatan Ronde Keperawatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Klien Tempat
Pra Ronde Pra Ronde :
1. Menentukan kasus dan topic
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan klien
Diskusi pelaksanaan Penanggung Jawab : H.Azis Ruang Bougenvile
5 menit Ronde Pembukaan
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan tim Ronde
3. Menyampaikan identitas dan masalah klien
4. Menjelaskan tujuan ronde Kepala Ruangan Nurse Station
30 menit Penyajian masalah
1. Memberi salam memmperkenalkan klien dan keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat dan keperawatan klien
3. Menjelaskan masalah klien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan
Validasi data :
4. Mencocokan dan menje laskan kembali apa yang telah disamapaikan
5. Diskusi antar anggota tim dan klien tentang masalah kepeerawatan tersebut
6. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor atau kepala ruang tentang masalah serta rencana tindakan yang akan dilakukan
7. Menentukan tim dakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan PP



















Karu, PP, Perawat konselor


Karu, PP, Perawat konselor Mendengarkan Nurse Station


















R. perawatan






10 menit Pasca Ronde 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan
2. Penutup Karu, Supervisor, Perawat Konselor, pembimbing Nurse station


Kriteria Evaluasi :
1. Struktur
• Ronde Kep dilaksanakan di Ruang Bougenvile
• Peserta ronde ke perawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
• Persiapan telah dilakukan sebelumnya
2. Proses
• Peserta mengikuti kegiatan awal sampai akhir
• Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde keperawatan sesuai peran yang telah ditentukan
3. Hasil
a. Klien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
- Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
- Meningkatkan kemampuan validitas data klien
- Meningkatkan kemempuan menentukan diagnosis keperawatan
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
- Meningkatkan kemempuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

Pengorganisasian
1. Kepala ruangan : Ade Koadah.AmK
2. PP I : Santi
PP II : Rukman
3. PA I : Lina
PA II : Ading
4. Perawat Konselor : Nina
5. Pembimbing : Ratna Suminar
6. Supervisor :


























Informed Consent
Surat persetujuan Dilakukan
Ronde Keperawatan

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Adalah suami/istri/orangtua/anak/klien :
Nama :
Umur :
Alamat :

Ruang :
No. RM :
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan

Tasikmalaya

Perawat yang menerangkan Penanggungjawab


………………………. ……………………..






Resume klien –Pelaksanaan ronde Keperawatan
Identitas
Nama : i
Umur :
Status :
Pendidikan :
Alamat :
MRS

Diagnosis : Tumor Jaringan Lunak
Keluhan Utama
Muntah, mual

Riwayat Penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan fisik tgl…………
Diabuat persistem

Therapi

Diagnosis Keperawatan tgl …………..

Evaluasi

Rencana tindakan

Evaluasi tgl ………………
0 komentar

RONDE KEPERAWATAN

Minggu, 19 September 2010


Senin, 20 September 2010

LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir cukup adalah berat bayi lebih dari 2500 gr, banyak masalah yang mungkin muncul pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainananatomi dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan pada persalinan maupun sesudah lahir, dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien perawat sering menemukan permasalahan-permasalahan sehubungan dengan tindakan yang diberikan. Sebagai jalan keluarnya dibutuhkan suatu pemecahan masalah yang membutuhkan kemampuan yang cukup tinggi baik pengetahuan, sikap maupun keahlian. Salah satu metode pemecahan masalah adalah dengan ronde keperawatan.

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan fokus kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler mengfasilitasi kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Maka dengan adanya faktor resiko pada bayi baru lahir cukup perlu sekali dilakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi masalah yang dapat memperburuk keadaan bayi dengan menggunakan sebuah metode yaitu pemecahan masalah dengan ronde keperawatan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
b. Tujuan Khusus
1) Menjustifikasi masalah keperawatan pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul pada PP lain
3) Mampu menemukan masalah ilmiah terhadap masalah klien
4) Meningkatkan validitas data pasien
5) Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan
6) Mampu memodifikasi rencana keperawatan sesuai masalah yang muncul
3. PERAN
a. PP dan PA
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang sudah dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
6) Peran PP lain dan atau konsuler
7) Memberikan justifikasi
8) Memberikan reinforcemen
9) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan/rasional
10) Mengarahkan dan koreksi
11) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari




APLIKASI RONDE KEPERAWATAN
PADA By.Ny “J” DENGAN BERAT BADAN LAHIR CUKUP (BBLC)
DI RUANG PERINATOLOGI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
26 JUNI 2009

Topik : Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
Sasaran : By.Ny.”J”
Waktu : pukul 10.00-10.30 WIB
Hari : Jumat, 26 Juni 2009

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
b. Tujuan Khusus
1) Menjustifikasi masalah keperawatan pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul pada PP lain
3) Mampu menemukan masalah ilmiah terhadap masalah klien
4) Meningkatkan validitas data pasien
5) Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan
6) Mampu memodifikasi rencana keperawatan sesuai masalah yang muncul

2. Sasaran
Bayi Ny “J” umur 4 hari yang dirawat di ruang Perinatologi RSD.dr.Soebandi Jember


3. Materi
a. Teori asuhan keperawatan tentang bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
b. Masalah keperawatan yang muncul pada bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)
c. Intervensi keperawatan bayi dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC)

4. Metode
Ronde Keperawatan (Nursing Round)
5. Media
a. Dokumen klien
b. Sarana diskusi (buku, bollpoint)
c. Materi disampaikan secara lisan
6. Proses Ronde
a. Kepala ruang, PP, perawat pelaksana mengadakan pertemuan di ruang nurse station
b. Kepala ruang membuka acara ronde keperawatan dengan memperkenalkan anggota tim ronde keperawatan, dilanjutkan dengan penjelasan topik ronde keperawatan
c. Kepala ruangan dan tim ronde keparawatan melakukan kunjungan ke pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan
d. Kepala ruangan sebagai fasilitator mempersilahkan kepada mahasiswa yang bertanggung jawab pada pasien yang akan dilakukan ronde untuk memulai pelaksanaan ronde keperawatan
e. Mahasiswa yang bertanggung jawab mulai melaksanakan kegiatan ronde keperawatan dengan memperkenalkan klien kepada anggota tim ronde, menjelaskan riwayat singkat penyakit klien, masalah keperawatan yang dihadapi klien, intervensi yang sudah diberikan dan perkembangan pasien.
f. Kepala ruang, PP, perawat assosiate, dan pembimbing melakukan validasi atas penjelasan yang telah diuraikan mahasiswa
g. Kepala ruang mempersilahkan anggota tim ronde keperawatan untuk kembali ke ners station guna melanjutkan diskusi dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan
h. Kepala ruang, PP, perawat assosiate, dan pembimbing memberikan alternatif pemecahan masalah
i. Kepala ruang menyimpulkan hasil evaluasi dan proses pemecahan masalah klien sekaligus menutup acara ronde
0 komentar

BNI SMS banking

Sabtu, 18 September 2010

No. Jenis Transaksi OPERATOR
PERINTAH INQUIRY SimPATI
1 Inquiry Saldo SAL PIN Kartu As
2 Last Historical Transaction HST PIN Mentari
3 Inquiry Tagihan Kartu Kredit BNI TAG BNI [No Kartu Kredit] PIN IM3
4 Inquiry Tagihan Telkom TAG TELKOM [4 digit Kode Area+No Telp] PIN StarOne Prepaid
5 Inquiry Tagihan Kartu Halo TAG HALO [No Kartu Halo] PIN XL Voucher
6 Inquiry Tagihan Kartu Matrix TAG Matrix [No Kartu Matrix] PIN XL Bebas Xtra
7 Inquiry Tagihan Kartu StarOne TAG StarOne [No Kartu StarOne] PIN Kartu Jempol
8 Inquiry Tagihan Kartu Xplor TAG Xplor [No Kartu Xplor] PIN Flexy Trendy
9 Inquiry Tagihan Flexy classy/Home
(Postpaid) TAG TELKOM [4 digit Kode Area+No Telp] PIN Fren
10 Inquiry Tagihan Speedy TAG TELKOM [0+No Langganan] PIN Esia
11 Inquiry Tagihan PLN* TAG PLN No Langganan PIN 3 (Three)
FASILITAS BANTUAN Axis 25, 50, 75, 100, 150, 200
12 Fasilitas Bantuan HELP
13 Bantuan untuk Cara Transfer HELP TRF
14 Bantuan untuk Cara Isi Pulsa HELP TOP
15 Bantuan untuk Cara Cek Saldo, Tagihan &
Ganti PIN HELP INQ
16 Bantuan untuk Cara Bayar Tagihan HELP PAY
17 Bantuan untuk Cek Rekening Koran HELP RKO
PERINTAH TRANSFER
18 Transfer Antar Rekening BNI TRF [no rek tujuan] [amount] PIN
19 Transfer dengan Berita TRF BERITA [no rek tujuan] [amount] #[isi
berita]# PIN
20 Transfer dengan Notifikasi TRF NOTIFIKASI [no rek tujuan] [amount] [no hp
penerima] PIN
21 Transfer dengan Berita Notifikasi TRF BERITANOTIFIKASI [no rek tujuan] [amount] [#isi
berita#] [no hp penerima] PIN
22 Transfer dengan Konfirmasi TRF KONFIRMASI [no rek tujuan] [amount] PIN
PERINTAH PEMBAYARAN
23 Pembayaran Kartu Kredit BNI PAY BNI [No Kartu Kredit] [amount] PIN
24 Pembayaran Kartu Kredit Standard
Chartered bank PAY SCB [No Kartu Kredit] [amount] PIN
25 Pembayaran Kartu Kredit HSBC PAY HSBC [No Kartu Kredit] [amount] PIN
26 Pembayaran Kartu Kredit NIAGA PAY NIAGA [No Kartu Kredit] [amount] PIN
27 Pembayaran Kartu Kredit ABNAMRO PAY ABNAMRO [No Kartu Kredit] [amount] PIN
28 Pembayaran Kartu Kredit ANZ PAY ANZ [No Kartu Kredit] [amount] PIN
29 Pembayaran Kartu Kredit GE PAY GE [No Kartu Kredit] [amount] PIN
30 Pembayaran Kartu Kredit Mega PAY MEGA [No Kartu Kredit] [amount] PIN
31 Pembayaran Kartu Kredit Citibank dan
Ready Cash PAY CITIBANK [No Kartu Kredit] [amount] PIN
32 Pembayaran Tagihan Telkom PAY TELKOM [4 digit Kode Area+No Telp] PIN
33 Pembayaran Tagihan Speedy PAY TELKOM [0+No Langganan] PIN
34 Pembayaran Tagihan PLN* PAY PLN No Langganan PIN
35 Pembayaran Tagihan Kartu Halo PAY HALO [No Kartu Halo] PIN
36 Pembayaran Tagihan Kartu Matrix PAY Matrix [No Kartu Matrix] PIN
37 Pembayaran Tagihan Kartu StarOne PAY StarOne [No Kartu StarOne] PIN
38 Pembayaran Tagihan Kartu Xplor PAY Xplor [No Kartu Xplor] PIN
39 Pembayaran Tagihan Flexy classy/Home
(Postpaid) PAY TELKOM [4 digit Kode Area+No Telp] PIN
40 Pembayaran Tagihan PDAM Bandung PAY PAM BANDUNG No Langganan PIN
41 Pembayaran Zakat Dompet Dhuafa Zakat DD [amount] PIN
42 Pembayaran Zakat Baznaz Zakat Baznaz [amount] PIN
43 Pembayaran Zakat PKPU Zakat PKPU [amount] PIN
44 Pembayaran Zakat DPUDT Zakat DPUDT [amount] PIN
45 Pembayaran Zakat PPSDMS Zakat PPSDMS [amount] PIN
46 Pembayaran Zakat Bamuis Zakat Bamuis [amount] PIN
47 Pembayaran Zakat Rumah Zakat Zakat RZ [amount] PIN
48 Pembayaran Infaq DD Infaq DD [amount] PIN
49 Pembayaran Infaq Baznaz Infaq Baznaz [amount] PIN
50 Pembayaran Infaq PKPU Infaq PKPU [amount] PIN
51 Pembayaran Infaq DPUDT Infaq DPUDT [amount] PIN
52 Pembayaran Infaq PPSDMS Infaq PPSDMS [amount] PIN
53 Pembayaran Infaq Bamuis Infaq Bamuis [amount] PIN
54 Pembayaran Infaq Rumah Zakat Infaq RZ [amount] PIN
55 Pembayaran Qurban Dompet Dhuafa Qurban DD [amount] PIN
56 Pembayaran Qurban Baznaz Qurban Baznaz [amount] PIN
57 Pembayaran Qurban PKPU Qurban PKPU [amount] PIN
58 Pembayaran Qurban DPUDT Qurban DPUDT [amount] PIN
59 Pembayaran Tiket Garuda PAY GARUDA [kode bayar] PIN
60 Pembayaran Tiket Lion Air PAY LION [kode bayar] PIN
61 Pembayaran Tiket Air Asia PAY AIRASIA [kode bayar] PIN
62 Pembayaran Tiket Mandala Air PAY MANDALA [kode bayar] PIN
PERINTAH ISI ULANG PULSA (TOPUP)
63 Isi Ulang SimPATI TOP [noPonsel] [amount] PIN
64 Isi Ulang As TOP [noPonsel] [amount] PIN
65 Isi Ulang Mentari TOP [noPonsel] [amount] PIN
66 Isi Ulang IM3 TOP [noPonsel] [amount] PIN
67 Isi Ulang StarOne TOP [noPonsel] [amount] PIN
68 Isi Ulang Jempol TOP [noPonsel] [amount] PIN
69 Isi Ulang XL Voucher TOP XL [noPonsel] [amount] PIN
70 Isi Ulang XL Bebas Xtra TOP XTRA [noPonsel] [amount] PIN
71 Isi Ulang Flexi TOP FLEXI [noPonsel] [amount] PIN
72 Isi Ulang Esia TOP ESIA [noPonsel] [amount] PIN
73 Isi Ulang Fren TOP FREN [noPonsel] [amount] PIN
74 Isi Ulang 3 (Three) TOP 3 [noPonsel] [amount] PIN
75 Download Aplikasi SMS Menu untuk HP Non
Blackberry Download Menu PIN
76 Download Aplikasi SMS Menu untuk HP
Blackberry Download Menu BB PIN
BNI SMS BANKING
PERINTAH DOWNLOAD APLIKASI SMS MENU
DENOMINASI (dalam ribuan)
50, 150, 200, 300, 500, 1.000
25, 50, 150, 200, 300, 500, 1.000
25, 50, 100, 200, 300, 500
25, 50, 100, 200, 300, 500
Format Penulisan Perintah SMS
25, 50, 100, 150,
30, 50, 100, 150, 300, 500
0 komentar
bisnis online

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE

PENGERTIAN CARSINOMA MAMMAE

Carsinoma mammae adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Menurut C. J. H. Van de Velde
  1. Ca Payudara yang terdahulu
    • Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan
  2. Keluarga
    • Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
  3. Kelainan payudara (benigna)
    • Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
  4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
    • Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
  5. Faktor endokrin dan reproduksi
    • Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
    • Menarche kurang dari 12 tahun
  6. Obat anti konseptiva oral
    • Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

GAMBARAN KLINIK

Menurut William Godson III. M. D
  1. Tanda carsinoma
    Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
  2. Gejala carsinoma
    Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

ANATOMI

Anatomi Mammae

PATOFISIOLOGI

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )

PATHWAYS

Download DISINI

MASALAH KEPERAWATAN

  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
  2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
  3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
  6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
  7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.

FOKUS PENGKAJIAN

  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
    1. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
      • Provoking : Penyebab
      • Quality : Kwalitas
      • Region : Lokasi
      • Severate : Skala
      • Time : Waktu
    2. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
      • Kinerja (pekerjaan) tanggung jawab peran
      • Interaksi sosial
      • Keuangan
      • Aktifitas sehari – hari
      • Kognitif / alam perasaa
      • Unit keluarga (respon anggota keluarga)
  2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan
    Hal yang dikaji :
    1. Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas
    2. Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas
    3. Identifikasi tahap perkembangan
      • C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh
      • C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis
      • C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kuta
      • C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang
  3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose jaringan
    1. Kaji tanda radang
    2. Kaji intake
    3. Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara
    4. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae
    2. Kaji respon negatif verbal dan non verbal
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
    Hal yang dikaji :
    1. Tingkat pendidikan
    2. Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehata
    3. Perilaku kesehatan yang tidak tepat
  6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji intake
    2. Pantau berat badannya
    3. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )
    4. Kaji mual dan muntah
  7. Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan pengetahuan carsinoma dan pengobatan
    Hal yang dikaji :
    1. Kaji dan ukur tanda - tanda vital
    2. Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik
    3. Kaji tingkat pendidikan

FOKUS INTERVENSI

Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae
  1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)
    • Kriteria evaluasi :
      • Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
    • Intervensi
      • Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung, dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai pesanan.
  2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, destruksi jaringan ( Doengos, 1993)
    • Kriteria evaluasi :
      • Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
    • Intervensi
      • Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae, tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi dibagian yang tidak sakit, kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik
  3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)
    • Kriteria evaluasi
      • Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan
    • Intervensi
      • Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi, observasi integritas kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan, pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau kehijau – hijauan, hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus, observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri pembengkakan, atau adanya drainase purulenta, observasi kulit dan rawat kuku pada daerah yang sakit.
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)
    • Kriteria evaluasi
      • Rasa percaya diri meningkat
    • Intervensi
      • Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup, evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae, izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan ( Daianlle Galle, 1995)
    • Kriteria evaluasi
      • Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma , pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan yang kemungkinan timbul dari efek samping
    • Intervens
      • Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan pengobatannya , jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae, hindari janji – janji yang tidak mungkin, berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai
  6. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )
    • Kriteria evaluasi
      • Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma
    • Intervensi
      • Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang lain
  7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi ( Danielle galle, 1995 )
    • Kriteria evaluasi
      • Berat badan naik atau turun
    • Intervensi
      • Monitor untuk mekanan tiap hari, timbang badan tiap hari jika memungkinkan, jelaskan pentingnya nutrisi adekuat, observasi ulang makanan pantang dan kesukaan, manipulasi lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau, anjurkan makan porsi kecil dan sering, kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

DAFTAR PUSTAKA

  1. Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC
  2. C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono” Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC
  3. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC
  4. Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC
  5. Theodore R. Schrock, M. D (1992), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC
  6. Thomas F Nelson, Jr M. D (1996), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr. Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C
 

java scrip